SHARE

Bangga Jadi Guru (Ditjen GTK)

GTK, Jakarta - Belajar dan berbagi adalah upaya setiap guru untuk mewujudkan Merdeka Belajar. Berprofesi sebagai guru merupakan sebuah panggilan hati bagi Iwan Syahril, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sedangkan, bagi Happy Ika Melvina, guru SDN Jatimulya 09, Bekasi, menjadi guru bagaikan memiliki sebidang sawah yang siap dipanen hasil baiknya.

Hal itu diungkapkan pada “Mitos atau Fakta? Dirjen GTK Berbagi Cerita Bangga Jadi Guru”. Simak selengkapnya pada Siniar (Podcast) Guru Berbagi di: https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/video/mitos-atau-fakta-dirjen-gtk-berbagi-cerita-bangga-jadi-guru/.

Dalam siniar tersebut, Iwan Syahril mengungkap bahwa dirinya berasal dari keluarga guru. “Saya guru ya. Keluarga saya banyak dari guru tentunya. Dari ayah saya, om, tante, sepupu, mereka banyak yang menjadi guru,” tutur alumnus Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran ini.

Meski awalnya disarankan ayahnya, untuk tidak menempuh karier sebagai guru, namun Iwan menemukan bahwa jalan hidupnya adalah menjadi guru.

“Di tengah kuliah, mulai ngajar dan saya merasa kayak ikan ketemu air. Saya enggak tahu itu kenapa. Saya ngerasa ada klik. Pada waktu mengajar itu saya merasa senang benar,” ucap Iwan Syahril.

“Setelah lulus, saya percaya ini panggilan jalan hidup saya menjadi guru dan saya senang. Pilihan pekerjaan yang saya senang menjadi guru,” sambungnya.

Mas Dirjen pun berbagi cerita tentang dirinya yang pernah menjadi guru honorer Bahasa Inggris.

“Fakta bahwa saya Guru Bahasa Inggris. Sekarang kita sebut guru honorer di pendidikan nonformal. Saya senang luar biasa, walaupun harus mengajar di beberapa tempat,” kenang Iwan tentang awal mula kariernya sebagai guru.

Sebagai guru Bahasa Inggris, awalnya Iwan mengajar untuk level SMA, untuk kemudian mampu mengajar di semua level.

Dalam siniar tersebut Iwan juga menceritakan tentang gaji pertama yang diterimanya.

“Gaji pertama saya waktu jadi guru 64 ribu sebulan. 4 ribu sejam, berarti 16 jam, saya mendapat jadwal cuma 16 jam,” ujar Iwan.

“Enggak cukup ini gajinya, saya harus mengajar keliling juga supaya bisa survive hidupnya. Ngajar keliling-keliling, supaya sebulan masih bisa bernafaslah. Perjuangannya seperti itu,” tambah Iwan Syahril.

Dari seorang guru honorer, guru di lembaga kursus, guru privat, menjadi dosen, merupakan rangkaian karier yang ditempuh peraih gelar S3 Kebijakan Pendidikan di Michigan State University ini.

Iwan Syahril juga berbagi cerita tentang kebanggaan anaknya terhadap profesi guru.

“Ada sebuah cerita waktu itu dia masih di TK, gurunya membuat sebuah pertemuan di auditorium, terus ditanya, pekerjaan ayahnya apa? Dia berdiri, ayah saya seorang guru. Dengan lantang dan merasa happy banget. Gurunya sampai terkesima, gurunya cerita sama saya peristiwa itu. Saya ketawa-tawa. Karena bagi anak saya memang ayahnya itu guru, dan baginya guru itu keren,” kata Dirjen GTK Kemendikbudristek, Iwan Syahril.