SHARE

istimewa

CARAPANDANG.COM - Dolar mencapai level tertinggi satu tahun pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah ekspektasi Federal Reserve AS akan mengumumkan pengurangan program pembelian obligasi besar-besaran bulan depan, dan kekhawatiran atas melonjaknya harga-harga energi juga mengirim investor ke mata uang aman greenback.

Imbal hasil surat utang dua tahun AS melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari 18 bulan, karena investor menjual surat utang AS, memperhitungkan bahwa lonjakan harga energi akan memicu inflasi dan menambah tekanan pada Fed untuk mengambil tindakan lebih cepat dari yang diperkirakan.

"Fokus saat ini adalah suku bunga obligasi pemerintah," kata Joseph Trevisani, analis senior di FXStreet.com. "Pasar-pasar kredit sedang mengantisipasi dimulainya tapering, saya kira, pada November."

Investor akan mengamati data Indeks Harga Konsumen AS pada Rabu waktu setempat dan data penjualan ritel pada Jumat (15/10) untuk petunjuk lebih lanjut tentang kapan Fed mungkin mulai mengurangi stimulusnya.

"Datanya akan sangat besar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions.

"Angka-angka ini akan berbicara tentang prospek inflasi, serta sejauh mana pertumbuhan kuartal ketiga kemungkinan akan melambat. Jadi, jika kita mendapatkan informasi lain tentang inflasi besok, itu akan cenderung memperkuat tapering tahun ini dan mungkin menyebabkan pasar menyempurnakan ekspektasi saat kita bisa melihat kenaikan suku bunga," katanya.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, menyentuh 94,563, tertinggi sejak akhir September 2020.

Lonjakan imbal hasil AS mendorong investor untuk membuang yen Jepang terhadap dolar, yang mengakibatkan penurunan harian terbesar kedua dalam mata uang Jepang pada Senin (11/10).

Karena imbal hasil obligasi pemerintah naik lebih lanjut pada Selasa (12/10), dolar mencapai level tertinggi tiga tahun versus yen, yang telah jatuh 4,0 persen versus greenback dalam tiga minggu.
 

Halaman :
Tags
SHARE