SHARE

Sumber Foto: Detikcom

CARAPANDANG - Oleh: Amir Fiqi, Pemerhati Sosial dan Pendidikan, Tinggal di  Kab. Tangerang

Meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi inti dari keberhasilan proses peningkatan kualitas pendidikan. Sebab, pembelajaran yang berhasil adalah bagaimana murid mampu menangkap pesan dan makna dari proses tersebut.

Proses pembelajaran tidak memiliki arti jika murid atau peserta didik tidak bisa menangkapnya. Bahkan, terkadang fisik mereka ada di kelas, tapi pikiran mereka melayang-layang entah kemana. Dengan kata lain, meskipun mereka ada di ruang kelas mengikuti proses pembelajaran tapi sejatinya tidak mendapat apa-apa. Sehingga transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru menguap begitu saja.   

Mencermati kondisi ini maka harus dicari jalan keluarnya demi kualitas pendidikan di Indonesia jauh lebih baik. Perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia harus menjadi perhatian penting, sebab jika dibanding dengan negara-negara berkambang lainnya, seperti negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih harus bekerja keras untuk menyusul ketertinggalannya. 

Sehingga, mengubah kurikulum dinilai menjadi opsi yang tepat dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ganti kurikulum bukan berarti untuk menghakimi kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013 yang dinilai kurang maksimal, tapi pergantian kurikum ini hanyalah ikhtiar yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan untuk memilih jalan lain yang dinilai lebih tepat untuk mempercepat peningkatan kualitas pembelajaran kedepannya.

Dan Kurikulum Merdeka menjadi harapan baru untuk meningkatkan kaulitas pembelajaran. Kurikulum Merdeka memiliki tujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan efektif dalam meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia serta menumbuhkembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkarakter Pancasila.

Kurikulum Merdeka dirancang dengan 3 prinsip yakni, pertama, pengembangan karakter yang menekankan pada kompetensi spiritual, moral, sosial, dan emosional murid, baik dengan pengalokasian waktu khusus maupun secara terintegrasi dengan proses pembelajaran, seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Kedua, fleksibel. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kompetensi murid, karakteristik satuan pendidikan, dan konteks lingkungan sosial budaya setempat. Ketiga, fokus pada muatan esensial sehingga berpusat pada muatan yang paling diperlukan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter murid. Dengan demikian, tenaga pendidik memiliki waktu yang memadai untuk melakukan pembelajaran yang mendalam dan bermakna.

Implementasi Kurikulum Merdeka

Di tangan Nadiem Makarim, upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara nyata dilakukan melalui kebijakan-kebijakan yang menuju ke arah perbaikan. Salah satunya adalah dengan mengganti Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka yang disusun sejak tahun 2020 akhirnya telah ditetapkan melalui Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Diberlakukannya Kurikulum Merdeka ini memberikan kepastian arah kebijakan pendidikan di Indonesia.

Implementasi Kurikulum Merdeka dilakukan secara nasional dan bertahap, yakni bagi sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka masih dapat menggunakan K-13 sampai tahun ajaran 2025/2026 (untuk daerah non- 3T), atau 2026/2027 (untuk daerah 3T), sambil mempelajari dan mulai menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran Kurikulum Merdeka. Sementara sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, baik melalui program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan maupun secara mandiri (mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi) didorong dan dibantu untuk terus meningkatkan kualitas implementasi.

Kurikulum Merdeka bukan hadir tiba-tiba, disusun sejak tahun 2020 yang kemudian diterapkan dan dievaluasi secara bertahap sejak 2021. Sudah lebih dari 300 ribu sekolah, termasuk lebih dari 6 ribu sekolah di daerah tertinggal yang sudah memulai menerapkan Kurikulum Merdeka.  Dan alhasil, Kurikulum Merdeka ini memberikan dampak positif bagi sekolah yaitu meningkatkan literasi dan numerasi murid  di daerah tertinggal maupun non-tertinggal.

Hal  tersebut dijelaskan dalam Paparan Kurikulum Merdeka bahwa terjadi peningkatan dalam skor literasi SD/MI/ sederajat di daerah tertinggal dari skor 3.94 menjadi 11.03. Sedangkan di daerah non-tertinggal dari skor 7.49 menjadi 11.21.   Peningkatan skor numerasi SD/MI/ sederajat juga terjadi di deerah tertinggal dari  skor 6.59  menjadi 12.49. Dan untuk di daerah non-tertinggal dari 8.99 menjadi 13.14. (Lihat: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/#mp-preview-t).

Tidak hanya meningkatkan skor literasi dan numerasi, Kurikulum Merdeka ini juga dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar guru. Berdasarkan hasil survey pada 164 ribu sekolah menunjukkan  sebagian besar guru merasakan manfaat dari Kurikulum Merdeka. Observasi lapangan menunjukan bahwa pembelajaran terdiferensi dan P5 bisa diterapkan, termasuk di sekolah dengan fasilitas terbatas.

Hadirnya Kurikulum Merdeka ini dirasakan benar oleh guru-guru di Indonesia. Seperti diungkapkan oleh Guru Kelas X SMK Yos Sudarso, Kab. Ende, NTT bahwa dengan Kurikulum Merdeka guru lebih leluasa dan memiliki banyak kesempatan untuk menyesuaikan cara mengajar dengan kemampuan siswa. Sehingga siswa lebih aktif karena proses pembelajaran  berjalan lebih menarik.

Kesan yang sama juga diungkapkan oleh guru Kelas VII dan IX dari SMP Rafael, Kota Manado mengatakan bahwa dengan Kurikulum Merdeka terjadi perubahan prilaku ke arah yang positif. Dia mencontohkan misalnya para siswa mudah melakukan kerjasama terutama lewat pembelajan P5. Dan dirinya, sebagai guru merasa jauh lebih tertantang untuk terbiasa belajar mandiri dan lebih bertanggung jawab terhadap kompetensi yang dimilikinya. (Sumber: Evaluasi PSP dan IKM tahun 2023).

Belajar Lebih Bermakna

Kurikum Merdeka menjadi harapan baru dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran jauh lebih berkualitas. Konsep yang ditawarkan dan keberhasilan dari sekolah yang telah menerapkan kurikulum tersebut wajah pendidikan di Indosia akan lebih cerah kedepan.

Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pembelajaran yang susuai dengan kebutuhan murid ini akan menjadikan proses belajar jauh lebih bermakna dan menyenangkan. Disinilah guru dituntut untuk mampu menyajikan pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa, misalnya visual, audio, dan kinestik. Untuk mengetahui kebutuhan belajar tersebut, maka harus dilakukan asesmen diagnostik terhadap siswa. Berdasarkan hasil pemetaan asesmen diagnostic tersebut, maka modul ajar akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

Menurut Anik Setyowati (2023) dengan pembelajaran yang demikian akan mendorong semangat siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Siswa bisa mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki sesuai dengan kodratnya. Sedangkan seorang guru bisa menjadi seorang fasilitator yang mengarahkan siswa agar mampu menjadi versi terbaiknya sesuai dengan kodratnya. Guru harus dekat dengan siswa, dalam arti yaitu guru harus tahu dan paham karakteristik siswanya.

Sesuai dengan kata merdeka yang berarti bebas tanpa tekanan, maka kurikulum merdeka memberikan ruang tanpa batas untuk guru, maupun siswa dalam mengembangkan segala hal untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru bisa mendalami karakteristik setiap anak dan dapat mengembangkan kreatifitas sebagai seorang pendidik. Sedangkan siswa pun juga bisa berkembang sesuai dengan potensinya masing –masing.Â