SHARE

Siswa The Learning Farm sedang menyiapkan pupuk (ANTARA/Lifia Mawaddah Putri)

Di sisi lain, Wisnu Berniadi selaku GM Operational and Facility The Learning Farm juga menjelaskan bahwa ini bukanlah kali pertama pihaknya mendapatkan siswa asal Afghanistan. Sebelumnya, The Learning Farm sendiri juga menerima siswa asal Afghanistan yang kini juga telah mengabdi sebagai pengajar di sana.

Wisnu mengatakan bahwa sebelumnya, The Learning Farm juga menyediakan kelas bahasa untuk para siswa yang tidak bisa berbicara dalam bahasa Indonesia. Namun kini, permasalahan bahasa pun bukan lagi menjadi kendala di tempat tersebut.

"Sekarang mereka sudah pada bisa bahasa Indonesia sih. Karena mereka juga sudah lama ada di Indonesia kan. Ya mereka-mereka ini yang beruntung bisa kabur dari sana dan mengungsi di sini. Jadi kita berikan mereka kesempatan untuk mengembangkan skillnya," jelas Wisnu.

The Learning Farm sendiri saat ini menerima siswa dengan rentang usia 17 hingga 24 tahun. Wisnu memaparkan bahwa alasan pihaknya menerima anak remaja dengan usia 17 hingga 24 tahun adalah agar generasi muda di Indonesia yang kurang mampu juga memiliki kesempatan.

"Kami fokuskan ke remaja. Ini diperuntukan bagi mereka yang lulus sekolahnya masih bingung. Habis sekolah, kuliah nggak bisa. Atau bahkan ada juga lulusan SMP, tapi mau lanjut SMA nggak bisa. Jadi supaya mereka ada kesempatan," tutur Wisnu.

Lebih lanjut Wisnu juga mengatakan bahwa siswa yang ingin masuk di The Learning Farm tak harus memiliki kemampuan dalam bertani atau bercocok tanam. Di tempat tersebut, seluruh siswa akan diajarkan dari awal tentang bagaimana cara yang baik dan benar untuk bercocok tanam.

"Enggak harus. Dari nol kita ajari. Yang tadinya di sini pegang cangkul tidak pernah banyak. Yang tadinya jijik lihat cacing akhirnya mau nggak mau mereka pegang tanah," ungkap Wisnu.

Halaman :